Minggu, 02 Juni 2013

SAJAK JATUH *****


   oleh: at-Tin Lee Thary
Awalnya... aku hanya berfikir untuk bisa menjaga. Menjaga hatiku dengan baik. Karena  aku terlalu sering merasa menjadi korban dalam cintaku. Itu hanya perasaanku. Iya, hanya untukku.
Awalnya... aku menyukainya, menyukainya yang mengerti egoisku, yang tahu cara menyayangiku. Yang dapat berperan sekaligus menjadi kakak dan sahabatku. Dan dia memilih untuk menunggu.
Menungguku untuk berlabuh di dermaga hatinya. Lucu. Ini kisah yang lucu. Karena setelah itu, ia hilang. Dan aku bingung. Bagaimana mungkin aku bisa berlabuh pada dermaga yang telah hancur karena obsesinya???
Awalnya... aku menyukainya, menyukai adu argumen konyol yang takkan tentu siapa pemenangnya. Menyukai tulisan-tulisan indah yang dibuatnya. Menyukai tinggi jiwa sosial yang dimilikinya. Ya. Aku menyukainya, namun tak sanggup untuk memiliki. Aku berusaha menerobos apa yang telah terkunci. Aku mencoba membuka hatiku, tapi sepertinya aku terlambat. Karena ia memilih untuk pergi.
Awalnya... aku kembali berfikir. Terlalu sering ku rasakan sakitnya. Menggerogoti setiap persendianku. Membuatku terlampau tak berdaya.
Awalnya.. aku kembali berfikir. Apa kesalahan ini bermula dari awal? Seandainya saja aku tak menyukainya... Seandainya saja ia tak menunggu... Bukan. Seandainya saja aku aku mengenalnya. Ya. Mungkin lebih baik aku tak mengenalnya. Dengan begitu tak ada yang tersakiti, bukan?. Aku ataupun dirinya. Tak ada yang perlu menyesal. Tak ada yang perlu memangis. Tak ada yang merasakan kecewa. Tak ada yang merasakan kesakitan.
Dan setelah sekian lama, aku berfikir untuk menyukai orang yang tak mengenalku. Agar hanya aku yang sakit. Agar hanya aku yang merindu. Aku rasa, aku sudah tahan dengan semua rasa kesakitan. Jadi, aku berfikir ini tidaklah sulit. Aku hanya perlu sedikit menahannya.
Dan...
Aku menemukannya, orang yang ku cintai, tanpa harus mengenalku. Ini sedikit menggelikan, namun aku menyukainya. Sangat menyukainya. Walau aku hanya bisa melihat, tanpa mampu menatapnya. Walau aku hanya mengagumi, tanpa ingin menyampaikan. Aku hanya memiliki rasa ini, untuk diriku. Namun, seiring berjalannya waktu, aku tak bisa menahan kesakitan ini. Kesakitan yang menggerogotiku saat tak ada sapa. Gila. Ini mungkin memang gila. Aku membenci diriku. Aku membenci cintaku. Aku ingin memusnahkannya. Apakah salah bila aku jatuh ***** lagi???
Dan aku hanya ingin men***** pada orang yang benar men*****iku..

4 komentar: